SEJARAH

Seri 2: 3.Sejarah Berdirinya Persaudaraan Setia Hati“PSC”Pilangbango Beserta Sejarah Pengembangannya.

 Seri 3: 4.Sejarah Berdirinya Persaudaraan Setia Hati Terate Beserta Pengembangannya. 

5.Sekilas Riwayat Hidup Penulis KATA PENGANTAR Buku Peringatan mengenai ‘Sejarah Persaudaraan Setia Hati”PSC” Pilangbango’ ini, kami cetak yg ketiga dengan perbaikan perbaikan seperlunya dan diperuntukkan semata hanya untuk kalangan sendiri yaitu para kadang Persaudaraan Setia Hati Terate pada umumnya dan seluruh kadang yang sama sama menghirup ilmu setia hati pada khususnya Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada “Nara Sumber kami” yang telah memberikan data data yang lengkap dimulai dengan buku ini kami cetak pertama kali tanggal 01 Januari 1974, dan kenyataan saat sekarang beliau beliau sudah wafat meninggalkan kita. Terima kasih yang tak terhingga kepada Bpk. Hassan Djojoadisoewarno (Alm) ; Bpk. Njono Wardojo (Alm) ; Bpk. Saljo Harso Oetomo (Alm) ; Bpk. Badini (Alm) ; Bpk. Moertadji Widjaja (Alm) dan Bpk. Padmo Siswojo (Alm) dan Bpk.Soewignjo Dibjo Mertono putra Bpk Santoso Kartoatmodjo (Alm) yang merupakan saksi sejarah yang masih sugeng dan kenyataan sangat berjasa memberikan ingatan masa lalu beliau beliau tentang “Sejarah berdirinya Persaudaraan Setia Hati ‘PSC’Pilang bango” dan Setia Hati Terate dikota Madiun. Buku Peringatan ini kami susun dengan maksud agar supaya ‘hal ikhwal ‘mengenai Persaudaraan Setia Hati ‘PSC’ Pilangbango dapat diketahui bersama oleh para kadang pewaris ilmu Setia Hati yang baru masuk, ataupun para saudara penerus dan pewaris ilmu setia hati yang di ajarkan Ki Hadjar Hardjo Oetomo Almarhum, sehingga ‘buku peringatan’ ini dipandang dapatlah digunakan sebagai pedoman bagi para penerus ajaran dari beliau. Didalam penulisan buku ini tidak ada rasa sedikitpun keinginan untuk mendiskreditkan para kadang sepuh dari manapun berada, keinginan kami hanyalah menjadi corong dan ‘talang atur’ dari para pinisepuh yang benar benar tahu dan jadi pelaku sejarah pada jamannya, dan mengetahui dengan benar hal ikhwal ‘Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango’ yang didirikan dikota Madiun. Dengan membaca buku ini diharapkan akan terbuka wawasan bahwa ternyata kita semua ini adalah ‘satu saudara sejalur lurus’ dan segala sesuatu yang pernah terjadi antara para pinisepuh kita 

yang juga tidak mengenakkan perasaan kita bersama, mari kita sudahi dengan suko lilo legowo yang disertai bowo leksono. Demikian harapan kami bersama dengan kerukunan dan ke ikhlasan menjadikan ‘diri setia pada hati sanubari’ maka niscaya akan menjadikan para kadang setia hati selalu mawas diri untuk mengenal diri pribadi. Mohon maaf yang sedalam dalamnya apabila ada tutur kata dan penulisan yang tidak berkenan dihati para kadang, 
dan semoga arwah para pinisepuh yang telah mendahului kita selama lamanya senantiasa mendapatkan tempat yang layak disisi Allah YME. Amin Ya Robbilalamin. Cilacap, 01 Agustus 2009 Slamet Riyadi 1.Latar Belakang Pemisahan Beberapa Murid Tertua Dari Persaudaraan Setia Hati (SH) Winongo Madiun. Persaudaraan Setia Hati didirikan oleh Ki Ngabehi Soerodiwirjo pada th.1903 dikota Surabaya, setelah beliau pulang dari perantauannya menuntut ilmu ke Jawa Barat, Bengkulu, Sumatra Barat dan Aceh. Semula namanya bukan Setia Hati akan tetapi ‘Sedulur Tunggal Kecer’ dengan permainan pencaknya dinamakan ‘Joyo Gendilo Cipto Mulyo’. Tentang riwayat lengkap pendiri telah kami ceriterakan pada buku peringatan yang lain. a. Pada Th.1914 beliau mendapat surat dari saudara ‘Tunggal Kecer’ di Surabaya untuk dicarikan kerja pada Jawatan Kereta Api di Kalimas ( Mulai th.1912 beliau berada di Tegal ). Kerja setahun di Kalimas Surabaya, beliau dipindahkan kerja di Madiun yaitu di Bengkel Kereta Api Madiun. Dikota Madiun ini Ki Ngabehi Soerodiwiryo tidak tinggal diam, beliau mengajar pencak silat dengan nama sama ‘sedulur tunggal kecer’. b. Pada Th.1917 Saudara saudara pegawai KA dari bengkel KA dan pegawai Topografi Madiun juga minta pelajaran ‘pencak silat’ dan atas kesepakatan bersama seluruh kadang STK beliau mengganti nama persaudaraan menjadi Persaudaraan Setia Hati. Setelah perubahan nama ini Persaudaan dikenal dengan nama SH Winongo disebabkan Ki Ngabehi Soerodiwirjo bertempat tinggal didesa Winongo Madiun. Persaudaraan Setia Hati ( SH Winongo ) memang mendapatkan hati di masyarakat waktu itu, namun kurang dapat berkembang. Ini semua disebabkan karena persaudaraan bersifat ‘paguyuban’ yang terlihat di SH Winongo, jadi bukan merupakan ‘organisasi persaudaraan’. Juga didalam Persaudaraan SH Winongo dikehendaki ‘Sang Juru Kecer Tunggal’ yang melaksanakan tugas pengeceran para warga baru. Ki Ngabehi Soerodiwiryo merupakan ‘Central Figur’ dari SH Winongo, sedangkan pada saat itu telah ada beberapa siswa tertua yang telah menerima ‘Ilmu Setia Hati’ sampai dengan tataran 3e trap (tingkat-3). Dan yang terutama lagi didalam kenyataan para saudara yang berlatih di SH Winongo waktu itu hanya terdiri dari para bangsawan dan para Pangreh Projo (pegawai pemerintah pada jamannya), sehingga rakyat
jelata yang kurang mampu sukar dapat menjadi warga dari SH Winongo. Beberapa saudara tertua dari SH Winongo yang sudah menamatkan pelajarannya dari Ki Ngabehi Soerodiwirjo, antara lain Bapak Moenandar Hardjowijoto dari Ngrambe Ngawi dan Bapak Hardjo Oetomo dari desa Pilangbango Madiun. 
Beliau-beliau tersebut mempunyai pandangan yang lain tentang arti persaudaraan didalam masyarakat, dimana beliau beliau tersebut mempunyai ‘jiwa kebangsaan’ dan rasa patriotisme yang tinggi terhadap penderitaan rakyat ditengah tengah penindasan dan kesewenang wenangan penjajah Belanda saat itu. Jiwa Patriotisme yang tinggi ini ditunjukkan Bpk.Hardjo Oetomo dengan bantuan teman temannya dari desa Pilangbango Madiun, dengan penuh rasa keberanian menghadang rangkaian kereta api yang lewat membawa tentara Belanda ataupun mengangkut perbekalan militer Belanda dari satu kota kekota lain. Rangkaian Kereta Api itu dilempari dengan batu batu besar yang mengakibatkan kerusakan dan kepanikan dari pihak penjajah Belanda waktu itu. Kejadian tersebut berulang ulang terjadi sampai akhirnya Bapak Hardjo Oetomo tertangkap PID Belanda dan mendapatkan vonis hukuman kurungan di penjara Cipinang Jakarta selama 8 tahun. Jiwa Patriotis yang lain juga ditunjukkan Bapak Moenandar Hardjowiyoto dari desa Ngrambe yang mana beliau merasa tidak puas terhadap cara Ki Ngabehi Soerodiwirjo menegakkan aturan persaudaraan di kalangan warga SH Winongo, dimana anggota terbanyak yang bisa masuk sebagai warga hanya dari kalangan ningrat dan pegawai pangreh projo saja. Klimak dari rasa ketidak puasan ini diperlihatkan sewaktu Ki Ngabehi Soerodiwirjo melatih Sinyo Belanda dan sudah sampai jurus ke-20 tingkat-1. Oleh Ki Ngabehi Soerodiwirjo menyuruh Bapak Moenandar untuk menemani ‘sambung persaudaraan’ dan ternyata oleh Bpk Moenandar, Sinyo Belanda itu dihajar sampai pingsan sehingga menimbulkan kemarahan yang amat sangat dari Ki Ngabehi Soerodiwirjo. c. Tahun 1932 Bapak Moenandar Hardjowijoto beserta beberapa saudara dari SH memohon idzin ( palilah ) dari Ouweheer Ki Ngabehi Soerodiwirjo untuk mendirikan Persaudaraan Setia Hati yang menggunakan Organisasi sebagai sarana mengatur rumah-tangga, yang pada dasarnya Ki Ngabehi Soerodiwirjo nglegani mengijinkan nya , beliau berjanji akan datang pada Pertemuan –1 Saudara Warga Setya Hati ( SH ) tanggal22 Mei 1932 di Semarang. Beliau tidak dapat datang pada ‘musyawarah’ di Semarang pada waktu itu karena pergi ke Surabaya dan menimbulkan kekecewaan para saudara SH yang datang, akhirnya diputuskan secara aklamasi dalam musyawarah, berdirinya
Pengurus Besar Setia Hati Organisasi ( SHO ) dan Bapak Moenandar Hardjowijoto sebagai ‘Ketua’ nya, dengan tidak berminat mengganggu SH Winongo dibawah kepemimpinan Ki Ngabehi Soerodiwirjo, dengan kata lain ‘berpisah tetapi satu tujuan’. Dan di dalam kenyataannnya Bpk. Moenandar Hardjowijoto memang sudah di- ijinkan dan di restui Ki Ngabehi Soerodiwirjo untuk berdiri sendiri menjadi Juru Kecer dan memisahkan diri dari SH Winongo.
Seri 2
Sejarah Berdirinya Persaudaraan Setia Hati “PSC”Pilangbango Beserta Sejarah Pengembangannya. Kisah ini dimulai dengan pelaku sejarahnya adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo, salah satu warga tua di Persaudaraan
Setia Hati Winongo yang sudah menamatkan pelajaran Ilmu Setia Hati sampai 3e Trap (Tingkat-3) dari gurunya Ki Ngabehi Soerodiwirjo. Bapak Hardjo Oetomo adalah seorang pemuda yang pemberani, yang juga tidak senang melihat rakyat menderita dibawah jajahan bangsa Belanda. Beliau seperti juga Bapak Moenandar Hardjowijoto, tidak suka Ilmu Setia Hati hanya dilatihkan ke kaum ningrat dan pangreh projo saja sebab ada rasa ketidak senangan beliau melihat orang-orang bumiputra bekerja dan mengabdi kepada penjajah Belanda. Sikap patriotisme nya diperlihatkan dengan berpuluh puluh kali menghadang dan melempari Kereta Api yang lewat yang digunakan mengangkut perbekalan militer Belanda, terlebih lebih beliau sangat tidak senang melihat orang bumiputera menjadi masinis / kondektur kereta api Belanda. Akibat perbuatan beliau ‘menimbulkan kerusakan dan kepanikan’ polisi polisi Belanda ataupun orang orang / pegawai Belanda yang akan naik kereta api. Pada Th.1926 setelah dapat lolos dan menyelamatkan diri berkali kali, akhirnya Bapak Hardjo Oetomo tertangkap Polisi PID Belanda dan mendapatkan vonis hukuman selama 8 tahun penjara, dan dijalani beliau di Rumah Penjara Cipinang Jatinegara Jakarta. Karena berkelakuan baik selama didalam tahanan, beliau tidak menjalani 8 tahun penuh tetapi dapat remisi / pengurangan masa tahanan selama 2 tahun. Tahun 1932 Bapak Hardjo Oetomo dibebaskan dari Penjara Cipinang Jatinegara Jakarta dan pulang kedesa asalnya di Pilangbango Madiun. Sewaktu beliau masih dalam tahanan, beliau mengangkat anak kepada seorang pemuda yang sama sama ditahan yang bernama Hardjo Mardjoet. Bersama sama beberapa pemuda, beliau dilatih pencak silat setia hati oleh Bapak Hardjo Oetomo. Salah satu pemuda yang dilatih selama dalam tahanan ada yang bernama Wongso Soedarmo yang nantinya akan menjadi kader beliau di kota Solo (Jawa Tengah). Sewaktu Bapak Hardjo Oetomo dibebaskan dan dipulangkan ke Pilangbango Madiun, anak angkatnya pemuda Hardjo Mardjoet dibawa serta. Ketika sampai kekota Madiun ternyata Bapak Hardjo Oetomo tidak langsung dipulang kan kerumah beliau tetapi harus menjalani pemeriksaan penelitian lagi dikantor Asisten Wedono di Jl.Jawa Madiun. Setelah dianggap selesai barulah beliau diantar Mantri Polisi nya pulang ke Pilangbango dengan janji tidak boleh menerima tamu lebih dari 3 ( tiga ) orang. Sebulan
berada dirumah Pilang bango, datang 2 orang pemuda kakak beradik yang bertempat tinggal di Ngoro Oro Ombo Madiun. Dua pemuda tersebut adalah pemuda Soenjono dan pemuda Soewarno yang ingin sekali belajar pencak silat Setia Hati dari beliau. Tetapi karena peraturan yang baru memperbolehkan beliau menerima tamu paling banyak 3 orang, sedangkan waktu itu beliau sudah mulai melatih anak angkat beliau pemuda Hardjo Mardjut dan kemenakan beliau pemuda Soenarjo, maka yang diterima untuk ikut berlatih hanya pemuda Soenyono saja, dan kebetulan pemuda Soewarno masih melanjutkan sekolahnya di Surabaya. Tahun 1932 itulah Ki Hadjar Hardjo Oetomo mulai melatih Pencak Silat Setia Hati dengan kader kader pertamanya pemuda Hardjo Mardjoet, Soenarjo dan Soenjono.
Tahun 1933 peraturan sudah agak melunak dimana Ki Hadjar Hardjo Oetomo sudah diperbolehkan menerima tamu 5 ( lima ) orang pada awal tahun dan akhirnya sudah diperbolehkan memerima tamu lebih dari 5 ( lima ) orang diakhir tahun. Pada Th 1933 beliau menerima murid lagi diawal tahun seorang pemuda yang bernama Soeratno yang bertempat tinggal tidak jauh dari pilangbango. Di Akhir Th 1933 siswa bertambah lagi 2 orang yang baru lulus dari KES di Surabaya, Dua pemuda tersebut adalah Mochamad Irsad yang merupakan kemenakan dari kakak beradik Soenjono dan Soewarno, dan pemuda yang kedua bernama Santoso. Th.1934 pemuda Soewarno menyusul jejak kakaknya masuk persaudaraan setia hati dibawah asuhan Ki Hadjar Hardjo Oetomo di Pilangbango Madiun. Pada Th 1932 salah satu murid tertua Ki Ngabehi Soerodiwirjo memisahkan diri dari Persaudaraan SH Winongo dan di Ijinkan menjadi ‘Juru Kecer Sendiri’ dan mendirikan Persaudaraan Setia Hati Organisasi (SHO). Murid tertua tersebut adalah Bapak Moenandar Hardjowijoto dari Ngrambe Ngawi Jawa Timur. Memandang pengalaman dari Bapak Moenandar Hadjowijoto ini, maka Bapak Hardjo Oetomo sepulang dari tempat penahanan di penjara Cipinang Jatinegara Jakarta, juga meminta ijin dan restu dari Ki Ngabehi Soerodiwirjo untuk memisahkan diri dari Persaudaraan SH Winongo dan berdiri menjadi juru kecer sendiri, dimana di Th 1935 dimulai mengesyahkan beberapa orang siswa menjadi Warga Setia Hati 1st trap (tk-1), saudara saudara tersebut adalah : 1. Bpk. Hardjo Mardjoet 4. Bpk Moch.Irsad 2. Bpk. Soenjono 5. Bpk. Soeratno 3. Bpk. Soenarjo 6. Bpk. Santoso Selain beberapa yang sudah tamat tingkat-1 tersebut diatas, di Pilangbango masih ada beberapa saudara yang sedang giat giatnya latihan antara lain : 1. Bpk. Soemo Soedardjo 4. Bpk. Soemodiran 7. Bpk.Hardjo giring 2. Bpk. Soetomo 5. Bpk. Hardjo Sajono 3. Bpk. Soewarno 6. Bpk. Danoe Pada Th.1934 Para murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo berkeinginan mengikuti Kejuaraan Pencak Silat yang diadakan dalam Pasar Malam Madiun yang selalu diadakan setiap tahun dengan hadiah uang tunai 22,5 Gulden Belanda dan Medali Emas, sambil cari pengalaman dan saudara. Yang dijadikan jagonya adalah siswa Ki Hadjar yang baru berlatih pencak silat SH jurus ke 20 di tempat latihan beliau, namanya pemuda Soewarno. Hasilnya sungguh sangat
menakjubkan pemuda R.Soewarno ( Hassan Djojoadisoewarno ) ini berhasil mendapatkan medali emas dan uang tunai 22,5 gulden Belanda. Hasil Juara 1 ini di ulang ulang R.Soewarno selama 6 (enam) kali berturut turut di berbagai kota dan pasar malam Madiun dan diakhiri dengan mengikuti Kongrus Pencak Silat di Kota Semarang dengan hasil Juara Jawa, sebagai hasil
juara yang ke-7 kalinya. Pada Th.1935 Ki Hadjar Hardjo Oetomo berembug dengan para warga untuk membentuk suatu Organisasi Persaudaraan yang akhirnya aklamasi disepakati dengan nama: Setia Hati ‘PSC’ Pilangbango, merupakan singkatan dari ‘Politik Sport Club’, sesuai dengan Jiwa Patriotisme dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo beserta para warganya yang ‘Anti Penjajahan Belanda’. Tidak berapa lama kemudian, nama Persaudaraan SH Politik Sport Club Pilangbango mulai dikenal dimana mana oleh masyarakat, tetapi karena nama persaudaraan yang ada kata ‘politik’ yang ada didalam Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango sangat menakutkan bagi pemerintah penjajahan, oleh karena itu beliau dipanggil dan di-interograsi oleh Polisi Belanda PID yang mengurusi masalah politik. Hasilnya Persaudaraan boleh tetap berlangsung tetapi harus mau merubah kata singkatan PSC dari Politik menjadi sebuah nama yang tidak mengandung maksud melawan pemerintah penjajahan kala itu. Akhirnya diputuskan bersama para warga persaudaraan nama dirubah menjadi Setia Hati ‘Pencak Sport Club’ Pilangbango. Namun kenyataannya lain setelah para warga mulai berlatih Pencak Silat dengan nama SH ‘Pencak Sport Club’ ditempat latihan-I didesa Oro Oro Ombo dirumah Bpk.Soenyono dan Bpk.Soewarno digrebeg Mantri Polisi Madiun yang kebetulan warga SH Winongo yang bernama R.Seno beserta anak buahnya. Dalam pembicaraannya dikatakan bahwa Pemerintah Penjajahan menuduh bahwa SH Pencak Sport Club itu bukan melatih sport saja tapi juga berkumpul kumpul untuk membicarakan soal politik. Jadi kalau tidak mau dibubarkan harus berubah nama lagi. Kejadian itu juga terjadi ditempat latihan-II di Pilangbango, dimana punggawa punggawa polisi menjungkir balikkan isi rumah dan Ki Hadjar Hardjo Oetomo sebagai penanggung jawab ditangkap kembali PID Belanda untuk di interograsi. Akhir Th.1935, Akhirnya pada diadakan Rapat Kepengurusan Yang Pertama untuk mengubah lagi nama persaudaraan dan diputuskan dengan nama Setia Hati ‘Pemuda Sport Club’ Pilangbango dengan Susunan Kepengurusan Yang disepakati Th 1935 Sebagai berikut : Hoofd Bestuur : Ki Hadjar Hardjo Oetomo Secretaris : Bpk. Santoso Kartoatmodjo Pening Mester : Bpk. Soetomo Mangkoedjojo Comissaris - I : Bpk. Soenarjo Comissaris - II : Bpk. Danoe Comissaris - III : Bpk.
R.Soenjono (Njono Wardojo) Leider Schaap (Dewan Pelatih ) Hoofd Leider : Ki Hadjar Hardjo Oetomo Leider : Bpk. Hardjo Mardjoet Bpk. Moch. Irsad Bpk. Soenarjo Bpk. R.Soenjono Tahun 1936 sudah banyak saudara saudara yang disyahkan jadi warga tingkat-1 Persaudaraan Setia Hati PSC 
Pilangbango, dan tempat latihan pencak silat makin tersebar dibanyak tempat, sehingga dibentuklah beberapa cabang dari persaudaraan : 1. Di Jl.Ponorogo Madiun dipimpin : Bpk. Soemo Soedirdjo 2. Di Ponorogo dipimpin : Bpk. Soetomo Mangkoedjojo 3. Di Oro Oro Ombo dipimpin : Bpk. Hassan Djojoadisoewarno 4. Di Kepatihan Madiun dipimpin : Bpk. Hardjo Sajono 5. Di Taman Siswo Madiun dipimpin : Bpk. Soenarjo & Bpk. Soekotjo 6. Di Klegen Madiun dipimpin : Bpk. Soemo Diran 7. Di Pengangangan Madiun dipimpin : Bpk. Hardjo Mardjoet 8. Di Saradan dipimpin : Bpk. Mochamad Irsad 9. Di Moehamadiyah Madiun dipimpin : Bpk. Hassan Djojoadisoewarno 10. Di Solo dipimpin : Bpk. Djendro Dharsono. Tahun 1937 Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango makin bertambah besar dengan cabang cabang nya yang makin banyak, sehingga di Tahun 1937 diadakan Konggres Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango Pusat Yang Pertama yang menghasilkan keputusan sebagai berikut : Hoofd Bestuur : Ki Hadjar Hardjo Oetomo (tetap) Secretaris : Bpk. Soemo Soedardjo (karena Bpk. Santoso Karto Atmodjo sudah terlalu sibuk di Leider). Pening Master : Bpk. Hassan Djojoadisoewarno (Bpk Soetomo digantikan karena pindah rumah luar kota). Comissaris – I : Bpk. Soenarjo (merangkap jabatan Bpk.Soenjono yang sering sakit) Comissaris – II : Bpk. Danoe Tahun 1938 s/d 1940 Susunan Kepengurusan Pusat Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango tetap sama dengan Th.1937. Leider Schaap (Dewan Pelatih ) Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango Pusat dipegang oleh Warga yang telah di syahkan 3e Trap ( tingkat-3 ) : Hoofd Leider : Ki Hadjar Hardjo Oetomo Leider : 1. Bpk. Soemo Soedardjo 2. Bpk. Moch. Irsad 3. Bpk. Njono Wardojo 4. Bpk. Hardjo Giring 5. Bpk. Hassan Djojoadisoewarno 6. Bpk. Hardjo Mardjoed 7. Bpk. Soetomo Mangkoedjojo 8. Bpk. Santoso Kartoatmodjo 9. Bpk. Danoe 10. Bpk. Soenarjo. Cabang dari Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango makin banyak tersebar di Jawa Timur dan Jawa Tengah meluas sampai di :
Ponorogo dipimpin oleh Bpk. Hassan Djojoadisoewarno karena menggantikan Bpk. Soetomo Mangkoedjojo yang pindah ke Jombang. Solo dipimpin oleh Bpk. Moertadji Widjaja dan Bpk. Padmo Siswojo karena menggantikan Bpk. Djendro Dharsono yang pindah ke Surabaya. Pati dipimpin oleh Bpk. Soemo Soedardjo yang kemudian diganti Bpk. Saljo Harso Oetomo karena kepindahan beliau ke Porong. Saradan dipimpin oleh Bpk.Mochamad Irsad. Magetan & Maospati dipimpin Bpk. Hardjo Madjoed.dan Bp.Hardjogiring. Pada Tahun 1940 dikarenakan Ki Hadjar Hardjo Oetomo sering sakit sakitan, maka tugas sebagai Hoofd Leider ( Ketua Tehnik ) Pusat diserahkan secara aklamasi kepada Bpk. Soemo Soedardjo. Jabatan ini sempat dipegang beliau selama setahun sampai beliau pindah rumah ke Porong Malang. Mulai Th.1941 Jabatan Hoofd Leider ditunjuk menggantikannya adalah Bpk. Hassan Djojoadi soewarno. Tahun 1942 ~ Th.1943 Kegiatan Persaudaraan terhenti karena pecah perang Asia Timur Raya (Perang Dunia ke-II ). Tanah Jawa ganti dijajah oleh Jepang, yang kenyataannya rakyat makin menderita dan makin bertambah sengsara dan miskin karena sikap penjajah Jepang yang semena- mena. Th.1943 semua pemimpin perguruan pencak silat yang ada dikota Madiun dipanggil oleh penguasa Jepang dan diajak membentuk ‘Persatuan Perkumpulan Pencak Silat’ yang ada dikota Madiun yang dikenal dengan nama ‘SHI THAI KU KAI’, dimana secara aklamasi Bpk.Soewarno (Hasan Djoyoadhi Soewarno) dari Setia Hati PSC Pilangbango dijadikan pimpinannya. Anggota Perkumpulan Pencak Silat yang tergabung dalam SHI THAI KU SHAI adalah : 1. Setia Hati Winongo dipimpin Bpk. R.Moestomo 2. Setia Hati PSC Pilangbango dipimpin Bpk. Hassan Djojoadisoewarno 3. Tuhu Tekat dipimpin Bpk. Soebeni 4. Budhining Tarung dipimpin Bpk. Djasmin 5. Pas Andalas dipimpin Bpk. Iljas 6. Pecut Jakarta dipimpin Bpk. Diran 7. Sadewa dipimpin Bpk. Pandji Soerjo N. 8. Soemarah dipimpin Bpk. Moesiri 9. Cimande dipimpin Bpk. Wirjak Warga Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango sudah sedemikian banyaknya tersebar dibeberapa tempat. Th.1945 sesudah Kemerdekaan Republik Indonesia dikarenakan tugas yang diemban Bpk.Hassan Djojoadisoewarno di Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia sering berpindah pindah tempat dan harus meninggalkan kota
Madiun, maka jabatan Hoofd Leider (Ketua Tehnik) Pusat Setia Hati PSC Pilangbango diserah terimakan dari Bpk. Hasan Djoyoadhi Soewarno kepada Bpk. Hardjo Mardjoet. 
Mulai Th.1947 Karena kesehatan Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang makin menurun dan usia sudah semakin lanjut maka secara total ‘segala urusan ‘ Organisasi Setia Hati PSC diserahkan kepada Para Kadernya yang merupakan Pengurus Inti Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango. Dengan sudah tidak aktifnya Ki Hadjar Hardjo Oetomo memang dirasakan sekali kurang ‘gregetnya’ Organisasi Persaudaraan, terlebih lagi banyak pengurus pusatnya yang terpaksa meninggalkan kota Madiun karena tuntutan pekerjaan, antara lain: Bpk. Mochamad Irsad yang pindah kekota Semarang, Bpk. Soemo Soedardjo yang pindah ke Porong Malang, Bpk. Nyono Wardoyo yang berpindah ke Solo dan Bpk. Hassan Djoyoadhisoewarno yang menjadi TNI berpindah pindah tempat. Memang kekurang aktif-an kepengurusan terjadi, tapi para pengurusnya tetap menjalankan tugasnya sebagai penerus ajaran setia hati dengan masing masing individu masih melatih generasi muda ditempat kediaman para warga masing masing, dan tetap mencetak kader kader penerus Persaudaraan Setia Hati PSC Pilangbango.
Seri 3
Sejarah Berdirinya Persaudaraan Setia Hati Terate Beserta Pengembangannya. Pada sekitar Th.1951 sesudah berakhirnya Agresi Militer Tentara Belanda di Bumi Pertiwi Indonesia tercinta ini, dengan suasana Negara dan Pemerintahan yang mulai terasa aman dan penuh kedamaian, maka munculah kembali kerinduan dan keinginan saudara saudara tua SH PSC untuk kembali Aktif menggerakkan Roda Roda Organisasi Persaudaraan yang sudah terbengkelai sekian lama. Dengan diprakarsai Alm. Bpk.Santoso Kartoatmodjo dan Bpk.Soetomo Mangkoedjojo (Alm), maka berkumpulah para tua-tua SH PSC yang ada dikota Madiun dan sekitarnya. Musyawarah Tua Tua Warga Persaudaraan SH PSC Th.1951 di kota Madiun saat itu Menelorkan Keputusan : 1. Menggantikan Nama Persaudaraan Setia Hati Pemuda Sport Club yang berbau bahasa asing dengan aklamasi disetujui diganti dengan nama baru ‘PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE’, yang terasa lebih luwes dan penuh arti.
2. Mengesyahkan Kepengurusan Persaudaraan Setia Hati Terate dengan Alm. Bpk.Soetomo Mangkoedjojo dan Alm.Bpk.Santoso Kartoatmodjo sebagai Ketua ketua-nya, dan didalam ‘kenyataan sejarah’ beliau berdua
bergantian s/d Th 1966 sebagai Pimpinan Organisasi Persaudaraan SH Terate Pusat. Persaudaraan Setia Hati Terate dibawah kepemimpinan Almarhum Bpk.Soetomo Mangkoedjojo dan Alm.Bpk..Santoso Kartoatmodjo maju pesat kedaerah diluar Madiun melebihi saat kepengurusan SH PSC masa lalu. Para Saudara Warga SH PSC hampir seluruhnya sudah bergabung kedalam Persaudaraan Setia Hati Terate dan Bersama sama memajukan Persaudaraan Setia Hati Terate dan kelihatan sangat maju dan menonjol di masyarakat. 
Periode Kepengurusan Th.1951 s/d Th 1955 Bpk.Soetomo Mangkoedjojo menjabat sebagai Ketua SH Terate Pusat yang pertama berkedudukan di Kota Madiun, dengan Susunan Kepengurusan SH Terate Pusat Madiun yang tercatat : Ketua Umum : Bpk.Soetomo Mangkoedjojo Sekretaris : Bpk. R.Soemadji Bendahara : Bpk.R.Bambang Soedarsono Dewan Pelatih : Bpk. Santoso Kartoatmodjo (KETUA) Bpk. Mochamad Irsad Bpk. Harsono Bpk. Hardjo Pramudjo Bpk. Badini Bpk. Oemar Karsono Tugas yang diemban Kepengurusan SH Terate Pusat yang tercatat: 1. Konsolidasi dengan Seluruh Cabang-Cabang SH Terate di kota Madiun dan kota kota diluar Madiun. 2. Membuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SH Terate. 3. Mengadakan Peninjauan dan Pelatihan Warga Cabang Madiun dan kota diluar Madiun, dengan tercatat keaktifan Pengurus maupun Pelatih Pusat datang ke Solo, Semarang, Jogyakarta, Ngawi, Mojokerto, Surabaya, Malang, Ponorogo dan lain kota yang ada cabang SH Terate. 4. Mengaktifkan ‘Penarikan Iuran Bulanan’ warga di cabang-cabang SH Terate, maupun sumbangan / sokongan ke Pusat di Madiun guna menggerakkan Roda Organisasi Persaudaraan SH Terate. 5. Mengadakan Acara Tahunan Persaudaraan SH Terate Pusat, antara lain ‘Pengetan Syuran’ yang dijatuhkan pada bulan Asyura dengan sekaligus Pengesyahan Warga SH Terate yang menjadi sarana temu kangen warga cabang dengan pusat di Madiun. Dan juga acara Halal Bi Halal yang diadakan setiap tahun di Madiun. Pada Th.1952 Persaudaraan SH Terate Pusat mengadakan ‘Konggresnya Yang Pertama’ dengan di hadiri Seluruh Pengurus Pusat yang ada dikota Madiun plus Bpk. Mochamad Irsad yang ada dikota Semarang, ditambah tamu-tamu yang diundang adalah Bpk. Hardjo Mardjoet dari Pilangbango Madiun, Bpk. Soemo Soedardjo dari Porong Malang, Bpk. Djendro Dharsono dari Surabaya, Bpk. Salyo Harso Oetomo dari Pati, Bpk. Moertadji Widjaja dari Solo. Pada Pertengahan Th. 1952 Bpk. Hadjar Hardjo Oetomo Pendiri Persaudaraan Setia Hati ‘Pemuda Sport Club’ Pilangbango ‘Meninggal Dunia’ karena sakit tua yang diderita beliau sekian lama, dan dimakamkan di Makam Desa Pilangbango. Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah Seorang Pejuang Kemerdekaan Negara kita dan mendapatkan Penghargaan Piagam Pengakuan Pemerintah
Republik Indonesia sebagai ‘Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia ‘. 
Beliau memang tidak pernah mendirikan ‘Persaudaraan Setia Hati Terate’ tetapi kelihatannya beliau ‘memberikan restu dan mengestoni’ pendirian SH Terate yang merupakan ‘Lanjutan dan Penggantian’ SH Pemuda Sport Club (PSC) dengan bukti Putra pertama beliau yang bernama Bpk. Harsono merupakan ‘Salah Satu Pendiri’ dan Pengurus Pusat Persaudaraan SH Terate dan ikut aktif menjadi ‘Pengurus Dewan Pusat’ sampai belasan tahun tugas kerja. Ibu Harsining adalah Putri kedua Bpk. Hardjo Oetomo, yang sudah mendahului beliau wafat beberapa tahun sebelumnya. Ibu Harsining bersuamikan Bpk. Goenawan Pamoedji yang sampai buku ini ditulis masih ‘sugeng’ dan bertempat tinggal di Ponorogo dan menjadi sesepuh SH Terate Ponorogo. Ibu Hardjo Oetomo sepeninggal Ki Hadjar Hardjo Oetomo, sebelum meninggal dunia berkumpul menjadi satu dengan Bpk.Harsono bertempat di Gubeng Surabaya. Pada akhir Th 1954 Bpk. Soetomo Mangkoedjojo sering meninggalkan kota Madiun ke Surabaya karena panggilan tugas kerja di Bank Rakyat Indonesia. Sebagai Ketua Umum SH Terate Pusat, beliau terpaksa menghandel tugas Organisasi Persaudaraan dari Kota Surabaya dengan setiap ada acara penting beliau harus bolak balik Surabaya~Madiun. Pada Th 1955 diadakan Reformasi Kepengurusan Pusat SH Terate dengan susunan Pengurus Pusat Periode Th.1955 s/d Th.1961 sebagai berikut : Ketua Umum : Bpk. Santoso Kartoatmodjo Sekretaris : Bpk. R Soemadji ( tetap ) Bendahara : Bpk.R.Bambang Soedarsono ( tetap ) Dewan Pelatih : Bpk.Soetomo Mangkoedjojo ( KETUA ) Bpk. Mochamad Irsad Bpk. Harsono Bpk. Hardjo Pramoedjo Bpk. Badini Bpk. Oemar Karsono Dewan Pelatih beserta Pengurus Pusat SH Terate diwajibkan datang menghadiri Rapat Kepengurusan Pusat, Acara Tahunan Persaudaraan yang berupa Acara Syuran ataupun Halal Bi Halal dan lain-lain acara yang dianggap penting, dengan mendapatkan penggantian Uang Transport (P-P) dari tempat asal. Seperti halnya yang sering terjadi dengan Bpk. Soetomo Mangkoedjojo yang sering mendapat tugas kerja di Surabaya dan Bpk. Mochamad Irsad yang bertempat tinggal di Semarang. Pada Periode Kepengurusan SH Terate Pusat Th.1955 s/d Th. 1961, hal-hal besar yang telah dilaksanakan Pengurus Pusat adalah : 1. Pada pertengahan bulan Juli Th.1955 melaksanakan ‘Pemugaran Makam’ Almarhum Bpk.
Hardjo Oetomo dengan membelikan Kijing Baru dimakam Desa Pilangbango Madiun, mengadakan ‘Selamatan Nyewu’ dan memberikan Tanda Bakti dan Tali Asih kepada Ibu Hardjo Oetomo berupa Seperangkat Pakaian lengkap. Dan semua pembeayaan disokong oleh seluruh Cabang SH Terate dan Para Donator Pengurus Pusat. 
2. Di akhir bulan Agustus Th.1955 mengadakan ‘Pengetan Syuran Th.1955’ dan pengesyahan warga baru, dan acara tersebut selalu tiap tahun dilaksanakan. 3. Ikut berbela sungkawa dengan mengirimkan Karangan Bunga, menunjukkan diri sebagai sahabat pada waktu meninggalnya Bpk. Wongsodikromo, Sawahan Gg.Tembus Winongo pada tanggal 13 Pebruari Th.1956 yang merupakan sesepuh dari SH Winongo. 4. Tanggal 23 Desember 1956 mengadakan ‘Pertemuan Pelatih’ dengan memanggil wakil-wakil pelatih cabang dikumpulkan dipusat Madiun dan acara dipimpin langsung oleh Dewan Pelatih SH Terate Pusat. Di awal Th 1961 kembali digelar Reformasi Kepengurusan Pusat SH Terate untuk periode tugas Th.1961 s/d Th.1966, dengan susunan kepengurusan sebagai berikut : Ketua Umum : Bpk. Santoso Kartoatmodjo ( tetap ) Sekretaris : Bpk. Soemadji ( tetap ) Bendahara : Bpk. Bambang Soedarsono ( tetap ) Dewan Pelatih : Bpk. Soetomo Mangkoedjojo ( KETUA ) Bpk. Harsono Bpk. Badini Bpk. Daroesalam Bpk. Hardjo Pramoedjo Bpk. Oetomo Moeljoprodjo Bpk. RM.Imam Koes Soepangat ** ** Th.1963 Bpk.RM Imam Koes Soepangat adalah ‘Golongan Muda’ yang mulai masuk ‘jajaran pengurus pusat’ menggantikan salah seorang dari Pengurus Pusat.. Pada Periode Kepengurusan Pusat SH Terate Th.1961 s/d 1966, Pekerjaan besar yang telah dilaksanakan adalah : 1. Pertengahan Bulan Juni 1962 menyelenggarakan ‘Peringatan Syuran -62’ di Pusat Madiun dengan Ketua Panitya Bpk.Soetomo Mangkoedjojo. 2. Tanggal 29 September 1962 SH Terate Pusat mengundang Seluruh Pimpinan Cabang SH Terate, mengadakan Musyawarah Kerja SH Terate di Madiun. 3. Tanggal 27 April 1963 mengadakan Pertemuan Pelatih Pusat dengan Para Pelatih Cabang SH Terate dengan acara ‘Penyamaan Jurus SH Terate’. 4. Tanggal 14 Juni 1963 mengadakan ‘Peringatan Syuran-63’ diselenggarakan secara gabungan antara Pusat dengan Cabang SH Terate Madiun. Sesudah Th.1964 Pusat Setia Hati Terate terjadi lagi ‘ ke-vaccum-an kepengurusan’ dengan banyaknya para
pengurusnya yang tidak bisa aktif, bahkan banyak yang terpaksa harus mengundurkan diri karena alasan ‘pengaruh politik’ yang baru memanas waktu itu ( biarpun didalam persaudaraan sudah di ikrarkan dengan bulat bahwa persaudaraan yang kekal dan abadi adalah yang utama dengan tidak membeda-bedakan dan mempersoalkan agama, ras keturunan dan politik yang di anut masing-masing warganya ). Th. 1965 s/d 1966 adalah ‘Turunnya Awan Kelabu’ menggelayuti Pusat dan Cabang-cabang Persaudaraan Setia Hati Terate dengan beberapa warga sepuh yang sangat banyak sekali jasanya terhadap SH Terate terpaksa tidak dapat aktif kembali Sebagai Pengurus Pusat maupun Pengurus Cabang bahkan beberapa dari pinisepuh tersebut ditahan oleh pemerintah yang berwenang , hilang ataupun ‘meninggal dunia’ karena ‘dianggap’ tersangkut dengan partai terlarang waktu itu ( Semoga Arwah Beliau mendapatkan tempat yang lapang disisi Allah YME dan diberi ketabahan Iman kepada Istri dan Putra – Putri beliau yang ditinggalkan – Amiin ). Awal Th.1966 Dengan sudah berakhirnya Kepengurusan lama, ditambah dengan hilang / tidak bisa aktifnya beberapa Pengurus Pusat Inti, maka Kepengurusan SH Terate Pusat dipercayakan kembali dari Bpk.Santoso Kartoatmodjo kepada Bpk. Soetomo Mangkoedjojo sebagai Ketua Pusat dan dibantu Bpk.RM Imam Koes Soepangat dan beberapa Warga Sepuh sebagai Pengurus Dewan Pusat. Didalam Kepengurusan baru ini dapat dilihat, Pengurus Pusat SH Terate sudah mulai berdampingan antara ‘Golongan Warga Sepuh dengan Golongan Warga Muda’. Bpk.RM Koes Soepangat yang kebetulan ‘tokoh pemuda’ di kota Madiun, adalah putra kemenakan dari Bpk.RM Koesnindar (Alm) Bupati Madiun saat itu yang sangat dekat hubungannya dengan Bpk.Hassan Djojoadisoewarno tokoh sepuh dari SH PSC dan pada jaman Bpk. R. Soewarno masih ‘jadi jagonya’ Setia Hati bertanding di Arena Pasar Malam Madiun, Selalu Bpk. RM Koesnindar jadi Pengagum dan ‘Botoh’ beliau. Menjadi kenyataan setelah Kepengurusan Organisasi dipegang Para Warga Muda dan Para Sesepuh ‘mengesuh dan mengawal’ dari belakang terjadi pengembangan yang luar biasa hebatnya, dimana Persaudaraan Setia Hati Terate sangat dikenal dimasyarakat sampai sekarang dan warganya tersebar diseluruh Indonesia bahkan sampai keluar negeri. Kalau di urut kebelakang,
seluruh Pengurus dan Pinatua yang berada didalam Kepengurusan Persaudaraan Setia Hati Terate di Pusat Madiun maupun yang didaerah daerah pada masa awal kebangkitan, semuanya kalau tidak Warga Ex Setia Hati PSC Pilangbango ya murid murid beliau beliau, memang tidak ada lain. Sehingga kalau dikatakan dengan bahasa kebenaran Ilmu Setia Hati warga SH Terate ‘ satu jalur lurus’ dengan Ilmu Setia Hati PSC Pilangbango dengan kenyataan mereka terdiri antara guru dan murid. Bpk.Hardjo Mardjoet mempunyai murid antara lain : 1) Bpk. Badini : Salah satu Pendiri Persaudaraan Setia Hati Terate dan menjabat sebagai Ketua-II Dewan Pusat sebelum beliau wafat. 2) Bpk. Salyo Harso Oetomo : Pernah memimpin Setia Hati PSC di Kota Pati dan menjadi Sesepuh SH Terate di kota Jogyakarta dengan siswa siswa antara lain : • Ir.Djoko Koencoro • Ir.Soekamto
• Drs.H Moh.Ngemron M.Psi ( bergabung ke PSH ) 3) Bpk.Pamudji (Comm Laut Pnw) : Menjadi sesepuh SH Terate Jakarta. Bpk. Mochamad Irsad mempunyai murid antara lain : 1) Bpk.RM.Imam Koes Soepangat : Almarhum adalah orang yang sangat besar jasanya dalam menjaga ‘tetap exis-nya’ SH Terate dan menjadi Ketua Dewan Pusat SH Terate sampai beliau wafat. Siswa beliau antara lain: • Bpk. Drs H. Tarmadji Budi Harsono yang sudah dibimbing oleh beliau s/d Tk-III (3e Trap), • Bpk. Ir. Sakti Tamat • Bpk. Ir. Wiyono. 2) Bpk.Koeswanto : Beliau yang diserahi tugas melatih Bp. Koes Siswa Bp. Mochamad Irsad di Madiun. 3) Bpk.Widharto : Almarhum adalah Sesepuh SH Terate Jakarta dan Bandung. Bpk.Wongso Soedarmo : Beliau adalah siswa Ki Hadjar Hardjo Oetomo sewaktu sama-sama ditahan dipenjara Cipinang Jatinegara. Mempunyai murid antara lain : 1) Bpk.Djendro Dharsono : Pernah memimpin Setia Hati ‘PSC’ Cabang Solo dan menjadi Sesepuh SH Terate Surabaya dengan salah satu Siswanya adalah: • Bp. Darmo Sanjata, Sesepuh SH Terate Malang. 2) Bpk.Moertadji Widjaja : Memimpin Setia Hati ‘PSC’ Solo menggantikan Bp.Dharsono dan menjadi Sesepuh Setia Hati Terate Solo dengan Siswanya adalah: • Bp.Slamet Riyadi, penyusun dan penulis buku ini. 3) Bpk. Padmo Siswojo : Pernah memimpin SH ‘PSC’ Solo bersama Bp.Moertadji W dan Sesepuh SH Terate Solo Bpk. Santoso Kartoatmodjo : Beliau mempunyai putra yang bernama: 1) Bpk. Soewignyo Dibyo Mertono : yang juga sudah diwarisi Ilmu Seti Hati beliau sampai dengan 3eTrap (Deerde Trap) dan siswa Bpk.Wignyo yang kita kenal adalah • Bp.Prof DR.Noegroho • Bp. Soeharli • Bp.DR.Edi Leksono. Bpk. Soetomo Mangkoedjoyo : Beliau mempunyai putra yang bernama: 1) Bpk.Bambang Tunggul Wulung (Alm) 2) Bpk. Bambang Gunung Susetyaning Prang (Alm) Dimana beliau berdua menjadi pelatih dan Sesepuh Warga SH Terate dibanyak kota. Bpk.Hassan Djojoadisoewarno : Beliau berdua dengan Alm Bp.Njono Wardojo kakak beradik, adalah siswa siswa Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang menjadi Saksi Sejarah dan Nara Sumber dari penulisan naskah ini. Siswa yang sudah dibimbing oleh beliau sampai dengan 3e Trap (DeerdeTrap) adalah: 1) Bp.Ir Djoko Koencoro 2) Bp.Drs. H. Moh.Ngemron, M.Psi 
3) Bp.Slamet Riyadi ‘ penulis naskah ini ‘. Dan masih banyak lagi ‘Para Pendiri Awal’ Setia Hati PSC beserta putra putri beliau berikut seluruh siswa-siswanya yang tersebar diseluruh Nusantara ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu ( penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya karena kurangnya bahan masukan ). Hampir semua Pinisepuh-pinisepuh kita dari Setia Hati PSC Pilangbango yang kenyataannya pada era Kepengurusan Setia Hati Terate menjadi Sesepuh dan Pelatih karena kenyataannya memang ‘satu garis lurus’ dalam ilmu setia hati yang diterima dan diwariskan. Beliau sekarang sudah meninggalkan kita semua, namun tetap kita harapkan terhubungnya tali komunikasi dari putra putri beliau ataupun siswa siswa beliau yang sekarang ini masih meneruskan cita cita luhur mengembangkan Ilmu Setia Hati, sehingga tali ikatan persaudaraan ini bisa tetap kita pelihara bersama. Sumber Ajaran Pencak Silat yang diterima Ki Hadjar Hardjo Oetomo dari gurunya Ki Ngabehi Soerodiwiryo adalah himpunan jurus jurus pencak silat yang disarikan dari berbagai perguruan dan diujudkan sebanyak 36 (tiga puluh enam) jurus pokok dengan jurus no.29 sengaja tidak diajarkan, tentang mengapa jurus 29 tidak diajarkan kepada muridnya dapat dibaca dan dipahami pada‘buku riwayat pencipta persaudaraan setia hati’ Pada jaman Ki Hadjar Hardjo Oetomo menjalani masa tahanan 6 th di Rumah Penjara Cipinang Jatinegara Jakarta, beliau menciptakan jurus pencak silat ‘permainan bawah’ yang di sarikan dari 36 jurus ‘permainan atas’ tanpa meninggalkan pakem jurus aslinya. Jurus ‘permainan bawah’ ini diajarkan kepada siswa nya untuk ‘2e Trap’ ( tweede trap ) dari ‘Setia Hati PSC’ sebanyak 24 jurus plus 1 jurus kunci. Untuk ajaran pencak silat di ‘3e Trap’ ( deerde trap ), beliau juga mensarikan 36 jurus tingkat – 1 diambil intinya menjadi 1 (satu) jurus saja yang diajarkan kepada siswa ‘ 3e trap ‘ selain menerima ‘ajaran kebatinan’ 3e trap. Demikianlah uraian singkat dalam penulisan kami yang sebenarnya penulis ini hanya merupakan ‘talang atur’ dari para sepuh persaudaraan setia hati PSC pilangbango yang bercerita tentang ‘Sejarah yang hampir dilupakan mengenai adanya Persaudaraan SH Pemuda Sport Club Pilangbango dan Riwayat Pengembangannya’. Semoga arwah para pinisepuh yang telah mendahului kita, diterima Allah Yang Maha Esa dan diberikan tempat yang layak disisi Nya. Amin
Ya Robbilalamin. Sekilas Riwayat Hidup Penulis : Nama : Slamet Riyadi Tempat/Tanggal Lahir : Solo ; 24 Agustus 1948 Alamat Terakhir : Jl. Singkep 27 Kel. Gunung Simping Cilacap.
Pekerjaan : Pensiunan Pertamina UP.IV Cilacap. Penulis adalah Warga SH Terate Surakarta murid dari Alm Bpk.Moertadji Widjaja, di Syah kan Warga Tk-I Th.1967 di Madiun Se-Angkatan dengan Alm. Bpk. Darmoyo Madiun, Bpk. Pranowo Ngawi, Bpk..Abdul Rahman Jakarta dan Bpk. Moch. Ngemron Yogyakarta. Th.1968 s/d Th.1973 menjabat sebagai Ketua Cabang SH Terate Surakarta, dan Selama Periode Tugas sebagai Ketua Cabang Surakarta, menjadi Pelatih Cabang Solo berkerja sama dengan Ibu Tinuk Astuti dan Bpk.Drs.Setiawan. Juga ‘Ikut membidani’ lahir dan berdirinya SH Terate Cabang Sragen, Cabang Sukoharjo dan Cabang Wonogiri. Th.1973 mendirikan SH Terate Cabang Cilacap dan menjadi Ketua Cabang SH Terate Cilacap s/d Th.1978. Th.1974 Di Syah kan Pendekar Tk-II ( Tweede Trap ) Setia Hati di Kota Solo bersama-sama Bpk. Moch. Ngemron dari Yogyakarta dan Bpk. Imam Soeyitno (Alm) dari Jakarta, Oleh Bpk. Hassan Djojoadhisoewarno Sesepuh SH PSC didampingi Bpk. Salyo Harso Utomo Sesepuh Yogyakarta dan Bpk. Murtadji Widjaya Sesepuh dari Kota Solo. Th.1978 s/d Th.2003 Menjabat sebagai Ketua Umum IPSI Cabang Kabupaten Cilacap, merangkap menjadi Pengurus IPSI Pengda Jawa Tengah Th.1980 s/d Th. 1984 sebagai Ketua Pembinaan IPSI Se-Ex Karesidenan Banyumas ( Purwokerto, Purbalingga, Cilacap dan Banjarnegara ). Th. 1988 Di Syahkan Pendekar Tk.III ( Deerde Trap )
Setia Hati di Kota Cilacap Oleh Bpk. Hassan Djojoadhisoewarno Sesepuh Setia Hati PSC dengan didampingi Sesepuh Setia Hati Organisasi (SHO) Bpk. Mashadi Sastrohadipranoto dan Bpk. Moertadji Widjaya dari SH Terate Solo.








Tidak ada komentar: